mediadaring.com, Bogor – Meski momen libur Lebaran biasanya dipenuhi wisatawan, tingkat hunian hotel di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, masih tergolong rendah. Hingga Sabtu, 5 April 2025, okupansi hotel tercatat baru mencapai 53 persen. Hal ini diduga sebagai dampak dari bencana alam yang sempat melanda kawasan tersebut beberapa waktu lalu.
Bupati Bogor Rudy Susmanto menegaskan bahwa kawasan wisata Puncak telah pulih dan aman untuk dikunjungi. Ia mengimbau masyarakat untuk tidak ragu datang ke Puncak karena infrastruktur dan akses jalan telah diperbaiki secara menyeluruh.
“Okupansi hotel saat ini baru 53 persen. Tapi masyarakat tidak perlu takut, kondisi di Puncak sudah kondusif dan siap menyambut wisatawan,” ujar Rudy di Cibinong, Bogor, dikutip dari Antara.
Akses Jalan dan Jembatan Sudah Pulih
Sebelumnya, sejumlah infrastruktur seperti jembatan sempat rusak akibat bencana hidrometeorologi pada awal Maret 2025. Setidaknya enam jembatan sempat terputus, tiga di antaranya berada di jalur kabupaten seperti di Desa Cipayung (Kecamatan Megamendung), Desa Jogjogan dan Tugu Utara (Kecamatan Cisarua). Tiga jembatan lainnya berada di jalur desa di Tugu Utara.
Pemulihan infrastruktur dilakukan melalui kolaborasi antara Pemkab Bogor, TNI, Polri, dan berbagai pihak terkait. Kini seluruh akses menuju kawasan wisata Puncak telah kembali normal.
Arus Lalu Lintas Relatif Lancar
Rudy juga menyampaikan bahwa lalu lintas menuju Puncak saat ini relatif lancar jika dibandingkan dengan musim liburan tahun-tahun sebelumnya. Meski rekayasa lalu lintas buka-tutup masih dilakukan, pergerakan kendaraan tetap berjalan.
“Silakan berlibur ke Puncak. Masih banyak hotel yang tersedia, dan jalur menuju kawasan wisata juga tidak terlalu padat,” katanya.
Target 13 Juta Kunjungan Wisatawan di 2025
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Yudi Santosa, menyatakan optimisme pemerintah dalam mencapai target 13 juta kunjungan wisatawan pada tahun 2025. Tahun sebelumnya, realisasi kunjungan wisata ke Bogor bahkan melampaui target 12 juta, dengan total 14 juta pengunjung.
“Pemerintah terus gencar mempromosikan destinasi-destinasi wisata baru, terutama di kawasan Puncak, Cisarua. Upaya ini ditujukan untuk meningkatkan minat wisatawan sekaligus memperkuat sektor pariwisata lokal,” ujar Yudi.
Cianjur Juga Siap Sambut Lonjakan Wisatawan
Di sisi lain, Kabupaten Cianjur juga menjadi tujuan favorit wisatawan selama libur Lebaran. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Cianjur, Asep Suparman, memperkirakan lonjakan pengunjung akan terjadi pada H+4 dan H+5 Lebaran, terutama di wilayah Cipanas, Sukaresmi, Pacet, hingga kawasan pantai selatan seperti Jangari.
Pihaknya mencatat sekitar 30 ribu pengunjung datang ke kawasan wisata utara Cianjur setiap harinya, dan 24 ribu wisatawan mengunjungi pantai selatan. Meski demikian, tingkat hunian hotel belum maksimal karena banyak wisatawan memilih bermalam di rumah kerabat.
“Hunian hotel selama libur Lebaran berada di angka 70 persen. Banyak wisatawan hanya singgah untuk silaturahmi atau rekreasi singkat,” jelas Asep.
Untuk menghindari kemacetan parah saat wisatawan pulang dari lokasi liburan, pemerintah daerah telah berkoordinasi dengan pengelola wisata dan aparat untuk menerapkan jam operasional terbatas, yakni pukul 08.00–16.00 WIB.
Jakarta Berkabut Saat Ditinggal Pemudik, Mirip Suasana Puncak
Sementara kawasan Puncak dibanjiri wisatawan, Jakarta justru menampilkan wajah berbeda. Saat ditinggal sebagian besar warganya mudik, ibukota negara tampak lebih lengang dan bahkan diselimuti kabut tebal pada Kamis pagi, 3 April 2025.
Pemandangan unik ini diabadikan oleh Renaldi, seorang fotografer drone yang mengunggah hasil jepretannya ke akun Instagram @baaperrun. Ia menyebut suasana Jakarta pagi itu mirip seperti di Puncak.
“Saat drone mulai terbang dari kawasan Semanggi, terlihat gedung-gedung tinggi seperti mengapung di lautan awan. Momen langka yang tercipta setelah hujan deras malam sebelumnya,” katanya kepada tim Lifestyle mediadaring.com, Jumat (4/4/2025).
Berdasarkan data BMKG, curah hujan ringan memang terjadi di Jakarta pada malam sebelumnya, yang menyebabkan terbentuknya kabut tebal di pagi hari. Fenomena ini memberikan nuansa tenang dan berbeda dari hiruk pikuk Jakarta pada hari-hari biasa.