Pasar Saham Eropa Terpukul Akibat Kebijakan Tarif Impor AS terhadap 180 Negara

Pasar Saham Eropa Terpukul Akibat Kebijakan Tarif Impor AS terhadap 180 Negara

mediadaring.com, Jakarta – Bursa saham Eropa mengalami tekanan hebat pada Jumat (4/4/2025), menyusul ketidakpastian global yang dipicu oleh kebijakan tarif impor baru dari Amerika Serikat terhadap lebih dari 180 negara. Ketegangan dagang yang meningkat turut menyeret indeks utama Eropa ke zona merah, memperparah kekhawatiran akan terjadinya perlambatan ekonomi global.

Mengutip laporan CNBC International, Sabtu (5/4/2025), indeks Stoxx 600 anjlok hingga 5% dalam sesi perdagangan terakhir pekan ini. Ini merupakan penurunan mingguan terburuk sepanjang 2025, dengan total pelemahan mencapai 8,3% dibandingkan pekan sebelumnya.

Bacaan Lainnya

Sektor Perbankan dan Ritel Tertekan

Sektor perbankan menjadi salah satu yang paling terpukul, dengan koreksi sebesar 8,5% hanya dalam satu hari, setelah sebelumnya juga jatuh 5,53% pada Kamis (3/4). Sentimen negatif kian membesar setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif tinggi yang memicu kekhawatiran terhadap perang dagang global dan potensi resesi ekonomi Amerika.

Sektor ritel mewah juga tidak luput dari tekanan. Indeks Stoxx Luxury 10 mengalami pelemahan tajam sebesar 5,2%, mencatatkan penurunan harian terburuk dalam hampir empat tahun terakhir.

Sementara itu, saham dua raksasa pelayaran global, Maersk dan Hapag-Lloyd, yang sering dijadikan indikator kesehatan perdagangan dunia, juga jatuh lebih dari 9%, mencerminkan kekhawatiran terhadap gangguan rantai pasok dan penurunan volume ekspor-impor.

Ketegangan Dagang Memanas, Eropa Siapkan Balasan

Kebijakan AS yang mengenakan tarif tinggi ke sejumlah negara memicu gelombang protes. China, yang kini dikenai tarif kumulatif hingga 54%, berencana membalas dengan tarif sebesar 34% atas semua barang impor asal AS mulai 10 April 2025.

Uni Eropa juga bersiap mengambil langkah serupa jika negosiasi dengan Washington menemui jalan buntu. Presiden Prancis Emmanuel Macron bahkan menyerukan perusahaan-perusahaan nasional untuk menangguhkan rencana investasinya di Amerika Serikat. Sementara itu, Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck, menyatakan keyakinannya bahwa Trump akan “takluk oleh tekanan internasional” jika Eropa bersatu.

Tarif baru AS mencakup berbagai negara, termasuk Uni Eropa sebesar 20%, Inggris 10%, Norwegia 15%, dan Swiss hingga 31%.

Pasar Saham AS Jatuh Drastis Usai China Balas Kebijakan Tarif Trump

Ketegangan dagang yang terus meningkat juga berdampak langsung terhadap pasar saham Amerika Serikat. Pada Jumat (4/4), bursa Wall Street mencatat koreksi tajam sebagai respons atas tindakan balasan dari pemerintah China.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 2.231 poin atau 5,5%, ditutup di level 38.314,86. Ini menjadi penurunan terbesar sejak masa pandemi pada Juni 2020, menyusul penurunan 1.679 poin sehari sebelumnya. Dua hari berturut-turut Dow mengalami pelemahan lebih dari 1.500 poin, sesuatu yang belum pernah terjadi sejak 2020.

Indeks S&P 500 juga ikut terjun bebas 5,97% ke level 5.074,08, sementara Nasdaq Composite yang banyak dihuni oleh perusahaan teknologi, anjlok 5,8% ke 15.587,79. Nasdaq kini berada 22% di bawah rekor tertingginya pada Desember 2024, masuk dalam fase bear market menurut definisi Wall Street.

Saham Teknologi Memimpin Koreksi

Perusahaan teknologi menjadi yang paling merasakan dampak dari pembalasan tarif China. Saham Apple merosot 7%, Nvidia turun 7%, dan Tesla jatuh 10% hanya dalam satu sesi perdagangan. Ketiga perusahaan ini memiliki keterkaitan besar dengan pasar Tiongkok, baik sebagai pasar utama maupun basis produksi.

Di sektor industri, saham Boeing dan Caterpillar, dua perusahaan besar yang banyak mengekspor ke China, ikut tertekan. Masing-masing turun 9% dan 6%.

“Meski pasar mungkin sudah mendekati titik jenuh dalam jangka pendek, dampak jangka panjang dari perang dagang global terhadap pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian besar,” ujar Emily Bowersock Hill, CEO Bowersock Capital Partners.

Penutup

Kebijakan tarif impor tinggi yang diberlakukan oleh pemerintah AS di bawah kepemimpinan Trump tengah menggemparkan pasar global. Selain memicu pembalasan dari mitra dagang seperti China dan potensi respons dari Uni Eropa, kebijakan ini juga berdampak langsung pada kinerja pasar saham global, termasuk Eropa dan Amerika.

Investor global kini menghadapi risiko baru: meningkatnya proteksionisme dagang, ketidakpastian makroekonomi, dan kemungkinan resesi akibat ketegangan geopolitik yang tak kunjung reda.

Pos terkait