Mediadaring.com, Jakarta – Hari Raya Idul Fitri bukan sekadar momen perayaan, tetapi juga kesempatan untuk bersyukur atas nikmat Allah SWT dan mempererat tali silaturahmi. Selain menikmati kebahagiaan bersama keluarga, umat Islam dianjurkan untuk mengamalkan beberapa sunnah yang diajarkan Rasulullah SAW agar hari raya semakin berkah dan bermakna.
Berikut adalah tujuh amalan sunnah yang dianjurkan pada Hari Raya Idul Fitri:
1. Mengumandangkan Takbir
Rasulullah SAW menganjurkan umat Islam untuk mengumandangkan takbir sejak malam terakhir Ramadhan hingga pagi 1 Syawal sebelum sholat Idul Fitri. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 185:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ
“Dan sempurnakanlah bilangan (Ramadhan), dan bertakbirlah kalian kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Takbir dapat dilakukan di berbagai tempat seperti masjid, rumah, atau jalanan. Terdapat dua jenis takbir Idul Fitri:
- Takbir Muqayyad: Dibaca setelah sholat, baik fardhu maupun sunnah.
- Takbir Mursal: Bebas dikumandangkan kapan saja hingga sebelum sholat Idul Fitri.
Ada dua jenis takbir Idul Fitri. Pertama, muqayyad (dibatasi), yaitu takbir yang dilakukan setelah sholat, baik fardhu atau sunnah. Setiap selesai sholat, dianjurkan untuk membaca takbir. Kedua, mursal (dibebaskan), yaitu takbir yang tidak terbatas setelah sholat, bisa dilakukan di setiap kondisi.
Takbir Idul Fitri bisa dikumandangkan di mana saja, di rumah, jalan, masjid, pasar atau tempat lainnya. Kesunnahan takbir Idul fitri dimulai sejak tenggelamnya matahari pada malam 1 Syawal sampai takbiratul Ihramnya Imam sholat Id bagi yang berjamaah, atau takbiratul Ihramnya mushalli sendiri, bagi yang sholat sendirian.
Pendapat lain menyatakan waktunya habis saat masuk waktu sholat Id yang dianjurkan, yaitu ketika matahari naik kira-kira satu tombak (+ 3,36 M), baik Imam sudah melaksanakan Takbiratul Ihram atau tidak. (Syekh Sa’id Bin Muhammad Ba’ali Ba’isyun, Busyra al-Karim, hal. 426).
Salah satu contoh bacaan takbir yang utama adalah:
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا إيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلَهَ إلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
(Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, Tuhfah al-Muhtaj, juz 3, hal. 54).
2. Berhias dan Mengenakan Pakaian Terbaik
Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk berhias pada hari raya, termasuk dengan memotong kuku, memakai wewangian, serta mengenakan pakaian terbaik. Warna putih lebih dianjurkan, tetapi yang lebih utama adalah memakai pakaian terbaik yang dimiliki.
Bagi wanita, berhias harus tetap dalam batasan syariat, tidak berlebihan, serta tidak menarik perhatian yang bukan mahramnya.
3. Makan Sebelum Sholat Idul Fitri
Sebelum berangkat sholat Idul Fitri, Rasulullah SAW biasa memakan kurma dengan jumlah ganjil, seperti tiga, lima, atau tujuh butir. Dalam hadis disebutkan:
“Pada waktu Idul Fitri, Rasulullah SAW tidak berangkat ke tempat sholat sebelum memakan beberapa buah kurma dengan jumlah ganjil.” (HR. Ahmad dan Bukhari)
Hal ini menandakan bahwa pada hari Idul Fitri, umat Islam tidak diperbolehkan berpuasa.
4. Melaksanakan Sholat Idul Fitri
Rasulullah SAW melaksanakan sholat Idul Fitri bersama keluarga dan sahabat di tanah lapang. Sholat ini dianjurkan untuk ditunaikan setelah matahari naik setinggi tombak atau sekitar dua meter. Sebelum sholat, umat Islam juga dianjurkan menunaikan zakat fitrah.
5. Mengunjungi Tempat Keramaian
Rasulullah SAW pernah menemani Aisyah RA menghadiri pertunjukan atraksi tombak dan tameng pada hari raya. Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak melarang umatnya untuk menikmati hiburan yang tidak bertentangan dengan syariat pada hari yang penuh kebahagiaan ini.
6. Bersilaturahmi ke Rumah Kerabat dan Sahabat
Tradisi saling mengunjungi saat Idul Fitri sudah dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW. Beliau mengunjungi sahabat-sahabatnya untuk mempererat hubungan dan saling mendoakan kebaikan. Ini menjadi dasar dari tradisi silaturahmi yang terus dijaga oleh umat Islam hingga kini.
7. Mengucapkan Selamat Hari Raya (Tahniah)
Memberikan ucapan selamat merupakan sunnah yang dianjurkan. Dalam kitab Sunan Al-Baihaqi, disebutkan bahwa para sahabat Rasulullah saling mengucapkan selamat di hari raya. Meski sanad hadis terkait tergolong lemah, tetapi praktik ini tetap didasarkan pada anjuran bersyukur dan menyebarkan kebahagiaan.
Dengan mengamalkan sunnah-sunnah ini, Hari Raya Idul Fitri tidak hanya menjadi momen perayaan, tetapi juga kesempatan untuk meraih keberkahan dan kebahagiaan yang lebih dalam sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.