Mediadaring.com, Washington, DC – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Jumat (28/3/2025) mengungkapkan komitmennya untuk memberikan bantuan kepada Myanmar setelah negara tersebut diguncang oleh gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 7,7.
“Sangat mengerikan,” ujar Trump kepada wartawan di Ruang Oval ketika diminta memberikan komentar terkait permohonan bantuan dari pemerintah militer Myanmar. “Ini adalah gempa yang sangat dahsyat, dan kami akan memberikan bantuan. Kami telah berkomunikasi dengan pihak berwenang di sana.”
Gempa yang terjadi pada hari Jumat tersebut juga mempengaruhi Thailand, menyebabkan lebih dari 150 orang tewas dan ratusan lainnya mengalami luka-luka. Pemimpin junta militer Myanmar, Min Aung Hlaing, dalam pidatonya yang disiarkan di media negara, mengajak “negara-negara dan organisasi manapun” untuk memberikan bantuan dalam upaya pemulihan.
Myanmar sendiri tengah menghadapi tantangan besar akibat empat tahun perang saudara yang dipicu oleh kudeta militer pada 2021. Kerusakan yang ditimbulkan terhadap infrastruktur dan sistem kesehatan negara tersebut menjadikannya kesulitan dalam merespons bencana besar seperti gempa ini.
Seiring dengan itu, Amerika Serikat beberapa tahun terakhir menekan Myanmar untuk mengatasi isu-isu penting, seperti pembebasan tahanan politik dan penghentian kekerasan yang dilakukan oleh militer. Meskipun demikian, Myanmar juga semakin mempererat hubungannya dengan Rusia, yang baru-baru ini menyepakati pembicaraan mengenai pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir kecil di Myanmar.
Permohonan Bantuan dari Junta Militer Myanmar
Min Aung Hlaing, dalam pidatonya, menyampaikan permohonan langka untuk bantuan internasional. “Saya pribadi telah mengunjungi beberapa lokasi yang terdampak gempa untuk menilai situasi. Saya ingin mengajak semua pihak untuk bersatu dan mendukung upaya penyelamatan yang sedang berlangsung,” ujarnya.
Dia juga menyatakan keadaan darurat di negara tersebut dan mengundang semua negara serta organisasi internasional untuk datang membantu rakyat Myanmar yang terdampak. “India akan mengirimkan bantuan, dan kami terbuka untuk menerima bantuan dari semua pihak yang bersedia membantu,” tambah Min Aung Hlaing.
Jumlah korban yang terus meningkat menunjukkan betapa besar dampak gempa ini, dengan lebih dari 140 orang dilaporkan tewas dan ratusan lainnya terluka. Hingga berita ini diturunkan, kerusakan akibat gempa masih dalam proses evaluasi.
Kontroversi di Balik Permohonan Bantuan
Permohonan bantuan internasional yang diajukan oleh Min Aung Hlaing menarik perhatian dunia internasional. Pasalnya, Min Aung Hlaing adalah sosok yang sedang menjadi subjek perintah penangkapan oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terkait dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan, khususnya terhadap kelompok minoritas Rohingya.
Junta militer Myanmar yang dipimpin oleh Min Aung Hlaing telah lama terbukti tidak kooperatif dengan komunitas internasional. Pada tahun 2021, mereka merebut kekuasaan dari pemerintahan sipil, dan sejak saat itu, Myanmar berada di bawah kekuasaan militer yang sangat represif. Selain itu, junta militer ini juga dikenal dengan tindakan keras terhadap jurnalis dan pembatasan akses internet di negara tersebut.
Meski demikian, permohonan bantuan ini menunjukkan betapa besar kebutuhan Myanmar untuk mendapatkan dukungan internasional, terutama dalam menghadapi bencana alam yang menghancurkan.